Sulit Move On Setelah Liburan? 

Kenali Post Holiday Syndrome serta Dampaknya di Tempat Kerja

Apakah kamu pernah merasakan tidak ingin kembali ke rutinitas kerja setelah menikmati liburan yang menyenangkan? Rasa kurang semangat, lelah, bahkan menurunnya produktivitas setelah liburan ternyata bukanlah hal yang biasa. Kondisi ini dikenal dengan istilah Post Holiday Syndrome (PHS). Yuk, kenali lebih dalam terkait fenomena ini dan cari tahu bagaimana dampaknya terhadap motivasi kerja Ada!

Apa itu Post Holiday Syndrome?

Post holiday syndrome merupakan kondisi psikologis individu yang ditandai dengan munculnya perasaan sedih, lelah, dan kehilangan semangat setelah seseorang kembali dari masa liburan atau waktu istirahat yang cukup panjang (Kühnel & Sonnentag, 2011). Beberapa gejala umum yang sering dirasakan meliputi kesulitan dalam berkonsentrasi, rasa lelah yang tidak biasa, penurunan produktivitas serta motivasi, perubahan suasana hati, mudah tersinggung, hingga munculnya rasa rindu terhadap liburan dan tidak memiliki keinginan untuk kembali menjalani rutinitas harian. Menurut Bloom dkk (2017), sekitar 73% karyawan mengalami gejala post holiday syndrome pada berbagai tingkat keparahan setelah menjalani liburan panjang seperti cuti akhir tahun atau libur lainnya.

Dampak Post Holiday Syndrome pada Motivasi Kerja

Post holiday syndrome berdampak langsung pada penurunan motivasi kerja karyawan. Menurut penelitian Fritz dan Sonnentag (2006), mengemukakan bahwa dampak positif liburan biasanya hanya bertahan beberapa hari setelah kembali bekerja, lalu individu akan mengalami penurunan motivasi yang signifikan. Salah satu dampaknya yaitu menurunnya self-efficacy yang merupakan keyakinan karyawan terhadap kemampuannya dalam menyelesaikan tugas, aspek ini merupakan komponen penting dalam motivasi kerja (Bandura, 1997). 

Selain itu, berdasarkan teori Effort-Reward Imbalance dari Siegrist (2012), karyawan setelah liburan kerap merasa upaya mereka tidak sebanding dengan penghargaan yang diterima, sehingga hal ini memicu ketidakpuasan dan turunnya semangat kerja. Post holiday syndrome juga memengaruhi proses penetapan tujuan, yaitu karyawan cenderung menetapkan target yang kurang ambisius dan memiliki komitmen rendah terhadap tujuan organisasi (Binnewies dkk., 2010), yang akhirnya akan berdampak pada performa kerja secara keseluruhan. 

Strategi Mengatasi Post Holiday Syndrome 

Mengatasi post holiday syndrome membutuhkan peran aktif baik dari individu maupun organisasi. Secara individu, beberapa strategi efektif yang dapat dilakukan yaitu mencoba untuk kembali bekerja di pertengahan minggu untuk transisi yang lebih mulus, menyusun skala prioritas dan membuat jadwal kerja yang terstruktur guna meningkatkan fokus dan motivasi intrinsik, selain itu mencoba untuk melakukan refleksi positif terhadap pengalaman liburan juga dapat mempertahankan suasana hati yang baik (Ryan & Deci, 2020). Sementara itu, dari sisi organisasi, dukungan dapat diberikan melalui program re-onboarding sederhana, memberikan tugas dengan tingkat kesulitan bertahap, serta membuat sistem mentoring untuk mempermudah proses adaptasi kembali ke lingkungan kerja (Kühnel dkk., 2019).

Post holiday syndrome bukan hanya sekedar mengenai malas kerja setelah liburan tetapi ini adalah hal yang bisa mempengaruhi semangat dan produktivitas karyawan. Namun, dengan memahami apa yang terjadi dan menerapkan langkah-langkah sederhana maka hal permasalahan ini dapat diatasi. Bahkan, masa setelah liburan bisa menjadi saat yang tepat untuk refleksi, recharge motivasi, dan memulai kembali dengan energi baru. 

Ingin menjalin kerja sama? hubungi Welas Asih Consulting sekarang!

Kunjungi welasasihconsulting.id atau hubungi 0812-2919-5390.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top