(Padahal Nggak Ada yang Peduli)

Pernahkah kamu punya teman yang, setiap kali kalian berada di tempat umum, selalu bertanya, “Eh, orang itu ngeliatin kita nggak sih?” atau “Kayaknya kita diperhatiin sama Ibu itu deh”? Padahal saat kamu melihat sekeliling, orang-orang tampak sibuk dengan urusan mereka sendiri dan tidak terlalu memperhatikan kalian. Atau mungkin kamu sendiri pernah merasakan hal serupa—ketika sedang berjalan melewati lorong sekolah yang ramai saat jam istirahat, lalu merasa seolah semua mata tertuju padamu.
Perasaan seperti ini sebenarnya cukup umum. Kita merasa seakan-akan menjadi pusat perhatian, dan jika tidak terkendalikan, hal ini bisa memicu kecemasan sosial. Kita jadi ragu dengan baju yang sudah kita pilih dari rumah, mempertanyakan apakah make-up kita terlihat aneh, atau khawatir kalau gerak-gerik kita dinilai negatif. Setiap tindakan seolah diawasi, meski kenyataannya tidak begitu.
Fenomena ini dalam psikologi dikenal dengan istilah spotlight effect. Istilah ini mengacu pada kecenderungan seseorang untuk melebih-lebihkan sejauh mana orang lain memperhatikan tindakan, penampilan, atau kesalahannya. Kita seolah merasa berada di bawah sorotan lampu panggung, padahal sebenarnya, “penonton” tidak benar-benar memperhatikan.
Penelitian menjelaskan bahwa efek spotlight ini diperkuat oleh keterlibatan kita dengan sosial media. Semakin banyak kita menghabiskan waktu memakai media sosial, semakin besar tinggi efek spotlight yang kita rasakan.
Tetapi, tahukah kamu? tanpa kita menggunakan media sosial pun, kita sendiri sudah memiliki sifat alami untuk melebih-lebihkan atensi orang lain pada kita. Survei menunjukkan bahwa tiap orang memiliki baseline spotlight effect sebesar 20% terlepas dari keterlibatan mereka dengan media sosial.
Sebuah eksperimen pernah dilakukan mengenai efek spotlight ini. Peserta diminta mengenakan kaos dengan gambar Barry Manilow, seorang penyanyi legendaris yang dianggap agak memalukan oleh para peserta. Ketika ditanya berapa banyak orang yang memperhatikan kaos tersebut, mereka memberikan angka yang jauh lebih besar dari kenyataan. Orang-orang di sekitar mereka sebenarnya tidak begitu peduli atau bahkan tidak sadar dengan gambar di kaos itu.
Hal yang sama terjadi dalam berbagai konteks. Seseorang yang baru saja melakukan kesalahan kecil dalam diskusi kelompok sering merasa bahwa semua orang memperhatikannya—padahal, kenyataannya tidak. Seringkali, orang lain terlalu sibuk memikirkan diri mereka sendiri untuk memperhatikan kita.
Spotlight effect juga membuat kita berpikir bahwa perubahan penampilan, performa, atau ekspresi emosional kita sangat terlihat oleh orang lain. Padahal, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian lain, bahkan saat kita merasa sedang tampil buruk atau terlihat aneh, persepsi orang lain tidak terlalu berubah drastis terhadap kita.
Kesadaran akan spotlight effect ini bisa sangat membantu dalam mengelola kecemasan sosial. Menyadari bahwa orang lain tidak sepeduli itu bisa membuat kita lebih bebas dan nyaman dalam bertindak. Kita tidak harus sempurna di mata semua orang, karena sebagian besar dari mereka mungkin tidak benar-benar memperhatikan.
Jadi, lain kali kamu merasa malu karena merasa diperhatikan—ingatlah bahwa semua orang sedang sibuk menjadi “tokoh utama” dalam hidup mereka sendiri. Lampu sorot itu tidak seterang yang kamu kira.
Kalau masih ingin tahu info yang lain langsung saja cek https://welasasihconsulting.id/. Nah, Welas Asih Consulting juga bisa menjadi salah satu alternatif bagi kamu yang ingin berkonsultasi loh, for more info kamu bisa hubungi Minsih melalui nomor berikut ini https://wa.me/6281229195390 ya.