Internalized Beauty Standards: Saat Kita Menilai Diri Lewat Mata Orang Lain

Pernah nggak sih kamu merasa kurang cantik setelah lihat foto-foto influencer atau artis di media sosial? Atau tiba-tiba pengen banget ubah penampilan supaya mirip mereka? Kalau iya, bisa jadi kamu sedang mengalami yang namanya internalized beauty standards.

Internalized beauty standards itu adalah kondisi saat kita, tanpa sadar, menerima standar kecantikan yang dibentuk sama masyarakat atau media, lalu menjadikannya tolak ukur buat menilai diri sendiri (Piccoli et al., 2022). Standar ini bisa macem-macem bentuknya — mulai dari bentuk tubuh, warna kulit, fitur wajah, sampai gaya berpakaian. Karena standar ini udah tertanam, kita jadi gampang merasa kurang atau nggak cukup baik cuma karena nggak sesuai sama gambaran “ideal” yang ada.

Kondisi ini semakin diperkuat dengan masifnya penggunaan media sosial di Indonesia. Menurut survei dari Databox, sebanyak 167 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna media sosial yaitu sekitar 67% dari total populasi. Bahkan, rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu sekitar 3 jam 11 menit per hari hanya untuk berselancar di media sosial.. Dengan angka sebesar ini, bisa dibayangkan seberapa besar pengaruh media sosial terhadap cara kita memandang tubuh dan penampilan.

Media, apalagi media sosial, punya peran gede banget dalam ngebentuk persepsi ini. Lewat iklan, film, dan konten-konten medsos, kita sering banget disuguhin citra kecantikan yang kayaknya sempurna, padahal sering kali hasil editan atau cuma angle terbaik aja (Grabe et al., 2008). Kebayang kan kalau tiap hari ngeliat standar tinggi kayak gitu? Lama-lama kita jadi merasa harus kelihatan serupa supaya bisa diterima dan dihargai. Masalahnya, kalau terus-terusan hidup dalam tekanan standar ini, efeknya bisa berat buat kesehatan mental. Kita bisa jadi minderan, gampang cemas soal penampilan, bahkan berisiko mengalami stres, depresi, atau gangguan makan (Swathi et al., 2025). Ada juga yang akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial, atau bahkan memilih operasi plastik supaya merasa lebih “pantas”.

Tapi tenang, semua ini bisa banget diubah kok. Langkah pertama adalah sadar bahwa standar kecantikan yang sering kita lihat itu sebenarnya nggak realistis dan sangat dipengaruhi sama dunia media. Kita juga bisa mulai membatasi paparan ke konten-konten yang bikin insecure, pilih akun-akun yang lebih membangun, dan fokus pada kesehatan tubuh dan mental, bukan cuma soal penampilan aja. Yang paling penting, kita harus belajar buat menerima diri sendiri  apa adanya, dengan segala keunikan kita. Karena pada akhirnya, kecantikan sejati itu datang dari rasa percaya dan sayang terhadap diri sendiri.

Wah, ternyata standar kecantikan yang nggak realistis bisa berdampak banget ke kesehatan mental kita ya. Kalau mau diskusi lebih jauh tentang self-love dan penerimaan diri, yuk kunjungi https://welasasihconsulting.id/. Welas Asih Consulting siap menemani perjalanan self-acceptance kamu, bareng ahlinya. Untuk info lebih lanjut, bisa langsung chat Minsih di https://wa.me/6281229195390 ya!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top