
Globalisasi membuat komunikasi dan interaksi antar negara menjadi lebih bebas dan mudah, batas-batas antar negara menjadi lebih sempit akibat dari adanya kemajuan teknologi. Kita dapat dengan mudah menemukan dan mendapatkan informasi dari belahan dunia lain tanpa perlu repot-repot datang ke negara tersebut. Tidak hanya informasi, kebudayaan juga dapat dengan mudah tersebar dan masuk ke sebuah negara melalui teknologi. Cara berpakaian, gaya bicara, bahkan pola pikir kita juga dapat dipengaruhi oleh budaya. K-pop merupakan salah satu dari banyaknya bentuk kebudayaan yang digemari oleh remaja Indonesia saat ini.
Berdasarkan data dari The Ministry of Culture, Sports, and Tourism Korea pada tahun 2024, Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan tingkat ketertarikan tertinggi terhadap budaya Korea Selatan, yaitu sebesar 86,3%. Lalu dilakukan survey kepada gen z, didapatkan bahwa sebanyak 23% anak-anak generasi Z menyukai musik K-pop. Para penggemar K-pop merasa bahwa idolanya dapat membuat dirinya menjadi lebih bahagia, mereka bahkan tanpa ragu membeli merch K-pop agar bisa sama seperti idolanya.
Lalu, pernah ga si kalian baca di kolom komentar kalau orang-orang ngehalu pengen jadi pacarnya idol? Atau kalian salah satu pelakunya? Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Fenomena ini bisa disebut sebagai hubungan parasosial, yaitu hubungan yang terjadi secara sepihak dimana seorang penggemar merasa sangat dekat dengan idolanya, tidak hanya kagum namun juga hingga melibatkan emosi pada idola mereka.
Menurut McCutcheon (2002), parasosial dibagi menjadi tiga tahap, yang pertama yaitu entertainment-social seperti menonton dan membaca tentang selebriti, pada tingkatan ini penggemar hanya menganggap idolanya sebagai hiburan. Lalu tahap kedua disebut sebagai intense-personal, pada tahap ini penggemar akan mencari tahu lebih dalam mengenai idolanya, mencari tahu mengenai kehidupan, kegemaran, dan gaya hidup yang dijalani oleh idolanya. Lalu tahap terakhir dan tahap parasosial yang paling tinggi adalah borderline pathological. Pada tahap ini penggemar memiliki fantasi dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian dari idolanya, mereka percaya bahwa ada hubungan romantis antara dirinya dengan idolanya.
Seorang psikolog klinis, John Felix mengatakan “Jika mengidolakan seseorang membuat kita menjadi terinspirasi, membuat kita menjadi lebih bahagia dan menjadi pribadi yang baik, maka hal tersebut merupakan hal yang positif. Akan tetapi, perlu diingat bahwa jika mengidolakan seseorang menghalangi kita untuk hidup produktif, maka kita perlu waspada.”
Ternyata banyak juga ya presentase gen z di Indonesia yang menyukai Kpop. Sudah dibahas juga kenapa penggemar cenderung berhalu untuk bisa jadi pacar idolnya. Ada banyak topik-topik lain yang tentunya relate dengan kehidupan kamu, langsung saja cek link website kami di https://welasasihconsulting.id/. Kalau kamu butuh tempat untuk curhat atau berkonsultasi, Welas Asih Consulting bisa menjadi salah satu alternatif yang pas untuk kamu. For more info kamu bisa hubungi Minsih melalui nomor berikut ini https://wa.me/6281229195390 ya.