Bagaimana Ketika Salah Satu Komponen Teori Segitiga Cinta Sternberg Tidak Terpenuhi dalam Hubungan Beda Agama ?

Interfaith relationship merupakan hubungan romantis antara dua individu yang memiliki latar belakang agama yang berbeda. Hubungan ini semakin banyak ditemui di kalangan masyarakat modern yang multikultural. Namun, interfaith relationship seringkali menghadapi berbagai tantangan unik, terutama dalam hal perbedaan nilai, tradisi, dan harapan keluarga.

Jika membahas mengenai cinta, maka kuat kaitannya dengan Teori Segitiga Cinta yang dikemukakan oleh Robert Sternberg. Teori segitiga cinta terdiri dari tiga komponen utama yaitu intimacy (kedekatan emosional), passion (ketertarikan fisik atau romantis), dan commitment (keputusan untuk mempertahankan hubungan). Jika salah satu komponen tidak terpenuhi maka sebuah hubungan dapat mengalami ketidakseimbangan dan konflik, terutama dalam konteks interfaith relationship. 

Tantangan Interfaith Relationship Berdasarkan Teori Segitiga Cinta Sternberg

  1. Intimasi yang tidak terpenuhi sehingga terjadi hambatan kedekatan emosional

Intimasi adalah perasaan kedekatan, saling pengertian, dan kepercayaan. Dalam interfaith relationship, perbedaan keyakinan dapat menjadi penghalang untuk membangun intimasi. Misalnya, perbedaan dalam merayakan hari besar agama, aturan makanan, dan cara berdoa yang dapat menimbulkan rasa tidak dimengerti atau bahkan terasing dari pasangan. 

  1. Passion yang tidak terpenuhi sehingga menurunnya ketertarikan romantis 

Passion dalam sebuah hubungan seringkali dipengaruhi oleh kesamaan nilai dan kebiasaan. Pada interfaith relationship, perbedaan budaya dan agama dapat memunculkan konflik terkait peran gender, ekspresi kasih sayang, atau batasan fisik yang diatur oleh agama.

  1. Komitmen yang tidak terpenuhi sehingga timbulnya ketidakpastian masa depan

Komitmen adalah keputusan untuk tetap bersama dalam waktu jangka panjang. Tekanan dari keluarga, masyarakat, atau perbedaan pandangan mengenai masa depan dapat membuat salah satu atau kedua pasangan untuk berkomitmen dalam interfaith relationship.

Strategi Mengatasi Tantangan pada Interfaith Relationship:

  • Konseling pasangan untuk menemukan solusi yang adil dan saling menghormati.
  • Tidak memaksakan keyakinan ke pasangan tapi saling mendukung satu sama lain.
  • Membangun komunikasi yang jujur dan terbuka mengenai kebutuhan spiritual masing-masing.
  • Mengikuti kegiatan bersama yang dapat mempererat empati dan pemahaman lintas agama.
  • Mencari titik tengah dalam tradisi atau kebiasaan yang bisa dinikmati bersama.
  • Menghargai perbedaan dan mencari cari baru untuk mengekspresikan kasih sayang.
  • Diskusi terbuka mengenai rencana masa depan, termasuk pendidikan anak dan ketentuan pada perayaan hari besar.

Kesimpulan

Interfaith relationship memang penuh tantangan, terutama apabila salah satu komponen cinta menurut Sternberg tidak terpenuhi. Namun, dengan komunikasi yang baik, saling menghormati, dan memberikan dukungan yang tepat, maka pasangan dapat membangun hubungan yang sehat dan harmonis.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top