
Bukan rahasia lagi bahwa Gen Z merupakan kelompok demografi yang unik. Mereka memiliki masalah dengan beberapa keterampilan verbal dan nonverbal yang seringkali dianggap remeh oleh generasi lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Georgia Southern University, 9 dari 12 Gen Z mengalami kesulitan untuk berkomunikasi formal dan memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Pandemi yang membuat pekerjaan dan pembelajaran dengan jarak jauh membuat generasi ini minim berinteraksi dengan orang lain secara langsung.
Mereka memiliki keterbatasan pengalaman untuk berkomunikasi secara formal. Gen Z juga cenderung lebih menyukai komunikasi secara langsung (straight to the point) dan singkat yang berbeda dengan gaya komunikasi formal dan profesional di tempat kerja. Alhasil interview kerja menjadi salah satu hal yang paling menakutkan bagi Gen Z. Lahir dan tumbuh di era digital dengan segala kemudahan informasi dan interaksi secara online, transisi ke proses rekrutmen yang sering melibatkan interview tatap muka atau panggilan video secara formal bisa menimbulkan tekanan yang signifikan.
Beberapa faktor psikologis dan sosial berperan besar menimbulkan kecemasan ini. Mereka tumbuh dewasa ketika masa karantina pandemi dan screen time selama 7,5 jam screen time setiap harinya. Adapula paparan konstan terhadap citra ideal di media sosial yang mungkin memicu rasa insecure dan melakukan perbandingan diri yang berlebihan. Lalu, kurangnya pengalaman tatap muka dalam interaksi profesional secara langsung, akibat dominasi komunikasi digital.
Secara psikologis, ada tekanan untuk tampil sempurna dan memberikan jawaban yang tepat di bawah sorotan pewawancara bisa memicu respons stres yang lebih intens. Generasi ini tumbuh dalam lingkungan yang menekankan persaingan dan pencapaian, tidak jarang sampai terbebani ekspektasinya yang tinggi terhadap diri mereka sendiri. Takut dengan adanya penolakan dan kegagalan dalam tahap krusial ini makin memperburuk kecemasan yang ada. Terlebih ketika mendengar narasi kesuksesan instan yang seringkali ditampilkan di media sosial bisa menciptakan tekanan tidak realistis untuk segera mendapat pekerjaan impian, membuat proses interview menjadi penghalang yang menakutkan.
Penting untuk kita ingat bahwa kecemasan ini bukan representasi seluruh generasi, karena banyak juga generasi Z yang berhasil melewati proses wawancara dengan sukses dan menunjukkan potensi besar di dunia kerja. Memahami akar permasalahan kecemasan wawancara di kalangan Gen Z merupakan langkah awal krusial. Melalui pendekatan yang empatik dan adaptif dari pihak yang merekrut dan persiapan yang memadai para pencari kerja, kita bisa membantu generasi ini melewati gerbang awal karir dengan lebih percaya diri untuk menunjukkan potensi unik tanpa terbebani oleh rasa takut yang berlebihan.
Ingin menjalin kerja sama? hubungi Welas Asih Consulting sekarang!
Kunjungi welasasihconsulting.id atau hubungi 0812-2919-5390.