Career Cushioning sebagai Respon terhadap Ketidakamanan Kerja

“Ini saya kerja sambil mencari kerja juga” Pernahkah kamu mendengar ungkapan ini dari seseorang atau justru kamu sendiri yang sedang mengalaminya? 

Dunia kerja saat ini tidak lagi sesolid beberapa dekade lalu. Kemajuan teknologi, otomatisasi, perubahan industri, serta dampak pandemi telah menggeser dinamika pekerjaan. Banyak karyawan yang mulai merasa bahwa keamanan kerja bukanlah sesuatu yang bisa dijamin sepenuhnya. Dalam kondisi ini, career cushioning menjadi langkah antisipatif untuk memastikan masa depan yang lebih aman dan stabil.

Sebanyak 68% pekerja profesional ternyata sudah mulai mencari pekerjaan baru sebagai langkah jaga-jaga, kalau-kalau situasi kerja mereka saat ini tiba-tiba berubah. Alasan utama mereka melakukan career cushioning di antaranya adalah karena ketidakpuasan terhadap pekerjaan saat ini (48%), kurangnya rasa aman dalam pekerjaan (28%), perubahan internal di tempat kerja (16%), dan 8% yang menyebutkan karena kondisi ekonomi yang tidak stabil (Robert Walters, 2023).

Berdasarkan data tersebut, job satisfaction menjadi variabel paling banyak yang mendorong pekerja untuk melakukan career cushioning. Job satisfaction diartikan sebagai perasaan subjektif – suka atau tidak suka –  seseorang terhadap pekerjaan mereka. Semakin puas seseorang dengan pekerjaannya, maka semakin tinggi pula niat mereka untuk keluar dari pekerjaan mereka. 

Selain itu, job insecurity juga menjadi alasan yang sering ditemukan pada pekerja yang melakukan career cushioning. Job insecurity didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap pekerjaannya yang tidak mampu mempertahankan keberlanjutannya pada situasi mengancam sehingga menimbulkan perasaan tidak aman pada pekerja.

Oleh sebab itu, para pekerja yang merasa tidak puas dan cemas dengan pekerjaan mereka saat ini, cenderung melakukan career cushioning melalui beberapa strategi, seperti : 

  • Meningkatkan keterampilan melalui kursus atau sertifikasi yang relevan.
  • Memperluas jaringan profesional dengan bergabung dalam komunitas industri dan menghadiri acara networking.
  • Membangun reputasi profesional melalui personal branding di media sosial.
  • Memantau tren pasar kerja agar tetap siap menghadapi perubahan.

Career cushioning bisa menjadi strategi yang menguntungkan jika dilakukan dengan keseimbangan yang tepat. Beberapa langkah untuk melakukannya dengan sehat adalah:

  • Fokus pada pengembangan diri, bukan ketakutan akan kehilangan pekerjaan.
  • Jaga loyalitas terhadap pekerjaan saat ini sambil tetap terbuka pada peluang baru.
  • Gunakan career cushioning untuk meningkatkan keterampilan dan koneksi, bukan sebagai pelarian dari ketidakpastian.

Career cushioning bisa menjadi alat yang ampuh untuk menghadapi dunia kerja yang dinamis, tetapi juga bisa menjadi pedang bermata dua jika didorong oleh ketakutan yang berlebihan. Dengan memahami motivasi di baliknya, kita bisa menggunakannya sebagai strategi adaptasi yang sehat, bukan sekadar reaksi terhadap kecemasan. Dunia kerja terus berubah, dan kuncinya bukan hanya bertahan, tetapi juga berkembang dengan bijak.

Ingin menjalin kerja sama? hubungi Welas Asih Consulting sekarang!

Kunjungi welasasihconsulting.id atau hubungi 0812-2919-5390.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top