
Pernahkah kamu merasa kesal dan tidak senang saat social media kamu diabaikan oleh orang lain? Rasa kesal dan tidak senang ini membuat kamu merasa dikucilkan dan terbebani. Jika ya, kamu mungkin mengalami social media validation.
Social media validation semakin umum, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Banyak orang secara tidak sadar menghitung seberapa besar popularitas mereka berdasarkan jumlah “like“, komentar, atau pengikut yang mereka miliki di platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok. Fenomena ini dapat memiliki efek psikologis yang signifikan, terutama jika seseorang mulai merasa cemas atau rendah diri ketika mereka menerima respons yang tidak sesuai harapan.
Penggunaan Facebook untuk membandingkan diri dengan orang lain menyebabkan rasa iri, yang pada gilirannya menyebabkan depresi. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa rasa iri berfungsi sebagai mediasi antara depresi dan penggunaan media sosial, khususnya di kalangan mahasiswa. Artinya, kemungkinan mengalami gangguan suasana hati lebih besar jika seseorang merasa iri karena melihat unggahan orang lain.
Selain itu, penggunaan media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental remaja, terutama dalam bentuk kecemasan sosial, ketidakpuasan tubuh, dan penurunan harga diri. Mereka menekankan bahwa interaksi sosial yang pasif, seperti hanya melihat unggahan orang lain tanpa berbicara dengan mereka, lebih mungkin menyebabkan masalah kesehatan mental daripada interaksi sosial yang aktif.
Ingin menjalin kerja sama? hubungi Welas Asih Consulting sekarang!
Kunjungi welasasihconsulting.id atau hubungi 0812-2919-5390.