
Penelitian mengungkapkan, 1 dari 3 pekerja mengalami kelelahan digital saat bekerja.
“Kok Bisa?”
Tren Work From Home, Work From Cafe, Work From Anywhere sudah mulai mendominasi sebagian besar sistem kerja akhir – akhir ini. Tren ini dimulai sejak pandemi yang seluruh kegiatan dilakukan secara daring seperti zoom meeting, google meet, dan online meeting lainnya. Kita terjebak dalam dunia digital tanpa menyadari dampaknya. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar, notifikasi yang terus berbunyi, dan tuntutan untuk selalu online bisa menyebabkan kelelahan digital atau digital fatigue. Kondisi ini tidak hanya menguras energi fisik dan mental, tetapi juga mengancam produktivitas dan kesejahteraan kita.
Digital fatigue atau kelelahan digital adalah kondisi kelelahan akibat paparan terus-menerus terhadap perangkat digital seperti komputer, smartphone, dan tablet. Dengan semakin banyaknya pekerjaan yang dilakukan secara daring, batas antara kehidupan pribadi dan profesional menjadi kabur, memicu stres dan kelelahan mental yang berkepanjangan.
Sebuah studi mengungkapkan bahwa 68 karyawan mengalami visual fatigue atau kelelahan mata karena terlalu lama bekerja sambil menatap layar laptop. Selain itu, 51 karyawan mengeluhkan kelelahan mata, sakit pada bagian leher dan punggung karena durasi menatap layar komputer yang terlalu lama.
Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kelelahan digital:
- Informasi Berlebih – Terlalu banyak data dan tugas yang harus diselesaikan dalam waktu singkat membuat otak bekerja terlalu keras.
- Terlalu Banyak Notifikasi – Setiap bunyi notifikasi memaksa kita untuk terus fokus, membuat otak sulit beristirahat.
- Multitasking Digital – Berganti-ganti tugas antara rapat virtual, email, dan pesan instan bisa menguras energi dan mengurangi konsentrasi.
- Budaya Always-On – Harapan untuk selalu merespons pesan dengan cepat membuat kita sulit benar-benar beristirahat.
Jika dibiarkan, kelelahan digital bisa berdampak serius pada kesehatan dan produktivitas. Beberapa dampaknya meliputi:
- Menurunnya Fokus dan Kreativitas – Terlalu banyak paparan digital membuat otak sulit berkonsentrasi dan berpikir jernih.
- Stres dan Kecemasan – Tekanan untuk selalu responsif dapat meningkatkan kecemasan dan stres berlebih.
- Burnout – Kelelahan kronis akibat kerja tanpa batasan yang jelas dapat menyebabkan kelelahan emosional yang parah.
- Gangguan Tidur – Cahaya biru dari layar perangkat mengganggu ritme tidur alami kita, menyebabkan insomnia dan kualitas tidur yang buruk.
Untungnya, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kelelahan digital:
- Atur Batasan Waktu Layar – Gunakan fitur screen time atau aplikasi pembatasan penggunaan perangkat digital.
- Kurangi Notifikasi yang Tidak Perlu – Matikan notifikasi yang tidak penting agar tidak terganggu terus-menerus.
- Terapkan Digital Detox – Sisihkan waktu tertentu setiap hari untuk bebas dari perangkat digital.
- Optimalkan Jadwal Rapat Virtual – Hindari pertemuan daring yang tidak perlu dan batasi durasinya.
- Gunakan Teknik Istirahat Sejenak – Terapkan metode Pomodoro untuk bekerja dengan fokus diikuti istirahat terjadwal.
- Luangkan Waktu di Luar Ruangan – Paparan alam dan aktivitas fisik dapat membantu otak beristirahat dan kembali segar.
Kelelahan digital bukanlah hal yang bisa diabaikan. Dengan kesadaran dan langkah-langkah yang tepat, kita bisa tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan mental dan fisik. Mari mulai membangun hubungan yang lebih sehat dengan dunia digital agar kita bisa bekerja dengan lebih baik dan hidup dengan lebih bahagia!
Ingin menjalin kerja sama? hubungi Welas Asih Consulting sekarang!
Kunjungi welasasihconsulting.id atau hubungi 0812-2919-5390.