Emang Boleh Pendam Emosi, Perasaan dan Lukanya Sendiri?

“Pendam semuanya, peluk sendiri lukanya, habiskan air matanya, cukup diri sendiri yang tau berisik riuhnya isi kepala”

Siapa sih yang nggak pernah berada di situasi dada rasanya sesak sekali karena suatu hal yang sulit dijelaskan? Atau mungkin sering merasakan lelah yang tak kunjung hilang padahal sudah cukup istirahat dan tidur? Bisa jadi perasaan inilah yang menjadi tanda kalau kamu sedang sangat berusaha keras menekan emosi yang sebenarnya sangat ingin keluar.

Banyak di antara kita yang terbiasa untuk memendam emosi dan perasaan negatif. Kita berpikir bahwa dengan menyembunyikan perasaan kita, kita akan tampak lebih kuat dan mampu mengatasi segala masalah. Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan ini justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental kita?

Menurut American Psychological Association (APA), emosi diartikan sebagai pola reaksi yang kompleks dan melibatkan unsur-unsur pengalaman, perilaku, dan fisiologis. Emosi dasar terbagi menjadi 6, antara lain kesedihan, kebahagiaan, takut, marah, kaget dan jijik (University of West Alabama Online).

Dampak Buruk Terlalu Sering Memendam Emosi

Memendam emosi bukanlah hal yang sepele. Kebiasaan ini berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan, baik fisik maupun mental, antara lain:

  • Stres kronis: Ketika emosi terus-menerus ditekan, tubuh akan terus berada dalam keadaan stres. Hal ini dapat memicu berbagai penyakit, seperti hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan pencernaan.
  • Gangguan tidur: Sulit tidur, sering terbangun di tengah malam, atau mengalami mimpi buruk adalah beberapa masalah tidur yang sering dialami oleh orang yang suka memendam emosi.
  • Depresi dan kecemasan: Memendam emosi dapat memicu munculnya perasaan depresi dan kecemasan. Kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup dan membuat seseorang merasa putus asa.
  • Penyakit fisik: Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pemendaman emosi dengan penyakit fisik seperti nyeri kronis, migrain, dan penyakit autoimun.

Kenapa Sulit Mengungkapkan Emosi

Ada beberapa alasan mendasar mengapa banyak orang kesulitan untuk mengungkapkan emosi mereka. Salah satunya adalah takut dinilai lemah atau berlebihan jika mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Ketakutan akan penolakan juga menjadi penghalang, karena kita khawatir akan dijauhi atau tidak diterima oleh orang lain jika menunjukkan sisi vulnerable kita.

Percaya diri yang rendah juga berperan besar, membuat kita merasa tidak berhak untuk merasakan emosi negatif seperti sedih, marah, atau kecewa. Terakhir, didikan masa lalu yang tidak mendukung ekspresi emosi, baik dari keluarga maupun lingkungan sosial, dapat membentuk pola pikir yang membuat kita sulit untuk terbuka tentang perasaan kita. Ini yang masih sering dirasakan terutama oleh laki-laki yang mendapat tuntutan dan beban untuk selalu terlihat kuat. Alhasil mereka cenderung kesulitan ketika harus mengungkapkan emosi, terutama ketika sedang sedih.

Yuk Atasi Kebiasaan Memendam Emosi!

Mengubah kebiasaan memendam emosi merupakan sebuah proses yang membutuhkan kesabaran dan usaha. Langkah pertama yang penting adalah mengenali dan menerima segala jenis emosi yang kita rasakan, baik itu positif maupun negatif. Setelah itu, carilah lingkungan yang aman dan mendukung untuk berbagi perasaan, seperti berbicara dengan teman dekat, keluarga, atau seorang terapis.

Latihlah kemampuan komunikasi untuk mengungkapkan emosi dengan cara yang sehat dan tidak menyakiti orang lain. Selain itu, eksplorasi berbagai kegiatan seperti menulis jurnal, berolahraga, atau menekuni hobi dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengekspresikan emosi. Terakhir, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional jika merasa kesulitan dalam mengatasi masalah emosi secara mandiri. Ingat, meminta bantuan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan. Psikolog dengan penuh empati akan membimbingmu menuju hidup yang lebih baik lagi.

Kalau masih ingin tahu info yang lain langsung saja cek https://welasasihconsulting.id/. Nah, Welas Asih Consulting juga bisa menjadi salah satu alternatif bagi kamu yang ingin berkonsultasi loh, for more info kamu bisa hubungi Minsih  melalui nomor berikut ini bit.ly/halowelasasih ya.

Sumber:

  1. Emotion. American Psychological Association. https://dictionary.apa.org/emotion
  2. June 27, 2019. The Science of Emotion: Exploring the Basics of Emotional Psychology. UWA Online. https://online.uwa.edu/news/emotional-psychology/#:~:text=The%20study%20of%20emotional%20psychology,us%20both%20physically%20and%20mentally.
  3. Armstrong, Kim. December 29, 2017. ‘I Feel Your Pain’: The Neuroscience of Empathy. Association for Psychology Science. https://www.psychologicalscience.org/observer/neuroscience-empathy.
  4. Koole, Sender L. December 19, 2008. The Psychology of Emotion Regulation: an Integrative Review. Taylor and Francis Online. https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/02699930802619031.
  5. Deakin, Sam. August 7, 2020. Men and Emotions: The Importance of Becoming Vulnerable. Mission Harbor Behavioral Health. https://sbtreatment.com/blog/men-and-emotions-the-importance-of-becoming-vulnerable/.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top