“Kenapa ga nikah-nikah sih? Kan udah umurnya!”
Pernikahan adalah sebuah jenjang serius yang diinginkan oleh setiap pasangan dalam suatu hubungan. Dalam ikatan ini akan ada banyak dinamika yang dirasakan baik suami maupun istri. Pengen tahu seperti apa dinamikanya? yuk simak hingga akhir ya.
Menghadapi Ujian
Dalam hubungan antara suami istri pasti akan dihadapkan dengan banyak ujian. Contohnya ketika pandemi, sang istri ingin mengakhiri pernikahan karena merasa hubungan tersebut tak lagi sebanding dengan pengorbanan yang sudah dilakukan. Distribusi peran dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang tidak adil. Muncul pula rasa kesepian karena dalam banyak kondisi merasa terputus dari pasangan karena empati yang berkurang.
Pasangan mulai lelah memberikan dukungan dan perhatian secara emosional kepada suami karena merasa tak memperoleh timbal balik yang serupa. Nah sebagai bentuk pelampiasannya, perempuan ini cenderung beralih ke teman atau keluarga besar untuk mendapat perhatian.
Dalam hubungan yang kuat pasti bisa melewati masa-masa sulit dan menjadi lebih kuat setelahnya. Berbeda dengan hubungan yang kurang kuat pasti akan sering goyah jika berada dibawah tekanan. Terlebih ketika ketegangan ini sudah berlangsung lama, menciptakan banyak ketidakpastian dan memisahkan pasangan dari segala hal, seperti musibah pandemi.
Berkurangnya Pembagian Peran dalam Rumah Tangga Sesuai Gender
Dalam kebanyakan pernikahan, perempuan bekerja dan memberikan kontribusi untuk finansial keluarga. Nah, perempuan mempunyai sumber daya yang lebih besar dari sebelumnya. Harapan untuk istri menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan preferensi emosional suami mereka dan memberikan dukungan tanpa syarat.
Perempuan menjadi percaya bahwa pernikahan membuat mereka masih bisa menjalani kehidupan seperti yang ia impikan. Apabila sudah memperoleh penghasilan, masih melakukan sebagian besar pekerjaan rumah dan mengasuh anak. Namun, merasa tak dilihat atau dipahami oleh pasangannya. Bukan menjadi hal yang tak mungkin bagi perempuan akan mempertimbangkan untuk bertahan atau mengakhiri hubungan. Maka dari itu, hal yang perempuan butuhkan adalah empati dan perhatian secara emosional.
Melakukan Konseling Pasangan
Hal yang sering dilakukan oleh pasangan adalah memulai terapi atau konseling ketika hubungannya berantakan. Para perempuan dalam pernikahan ingin bercerai setelah melihat tak ada upaya dari suami mereka agar bisa memperbaiki kondisi hubungan. Perempuan memang lebih sering merasa kurang puas dibandingkan sang pria.
Hasil studi menunjukkan bahwa 69% perceraian ini diinisiasi oleh perempuan. Ada banyak alasan yang melatarbelakangi keputusan bercerai tersebut, antara lain pria berselingkuh, penyalahgunaan obat, melakukan tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Dengan kata lain, sang suami melakukan tindakan yang sudah melewati batas.
Begitulah dinamika kehidupan dalam pernikahan, jangan sampai membuat kamu takut karena itu merupakan hal yang normal dan wajar terjadi. Kalau kamu pengen nyoba konseling pernikahan/pre marriage counseling langsung aja cek https://welasasihconsulting.id/ ya. Nah, Welas Asih Consulting juga bisa menjadi salah satu alternatif bagi kamu yang ingin berkonsultasi loh, for more info kamu bisa hubungi Minsih melalui nomor berikut ini https://wa.me/6281229195390 ya.Sumber: Lester, Tonya. 2022, 27 April. Is Marriage a Terrible Deal for Women. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/staying-sane-inside-insanity/202204/is-marriage-terrible-deal-women.