Dari Rumah ke Kantor: Bagaimana Konflik Keluarga Menggerus Kinerja dan Kesejahteraan

Dalam kehidupan pekerja saat ini, pekerjaan kantor bukan lagi menjadi satu-satunya prioritas, melainkan harus seimbang dengan tanggung jawab terhadap keluarga. Kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan keluarga dan pekerjaan kini menjadi topik hangat yang sering dibicarakan. Meskipun keduanya memiliki konteks yang berbeda, kenyataannya, kondisi keluarga dapat memengaruhi pekerjaan, termasuk kinerja dan kesejahteraan karyawan.

Moreira, dkk (2023) mengungkapkan bahwa konflik antara peran keluarga dan pekerjaan dapat mengganggu kesejahteraan karyawan, berdampak negatif terhadap kinerja mereka, bahkan menurunkan produktivitas. Ketika karyawan mengalami konflik keluarga, seluruh pikiran dan perasaan mereka cenderung terfokus pada masalah tersebut, sehingga mereka sulit berkonsentrasi dan menyelesaikan pekerjaan. Penelitian ini menunjukkan bahwa dampak konflik keluarga tidak hanya pada aspek emosional, tetapi juga pada aspek nyata lainnya.

Selain kinerja, kesejahteraan psikologis karyawan juga terpengaruh oleh konflik keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Zainal, dkk (2022) menunjukkan bahwa konflik kerja-keluarga dapat menurunkan kesejahteraan mental karyawan. Semakin tinggi konflik pekerjaan yang mengganggu keluarga  (Work Interference with Family), semakin besar pengaruhnya terhadap kesejahteraan karyawan. Namun, konflik yang berasal dari keluarga dan mengganggu pekerjaan (Family Interference with Work), cenderung lebih merusak kesejahteraan psikologis dibandingkan dengan konflik yang sebelumnya. Karyawan yang terus-menerus terjebak dalam konflik peran ini lebih rentan terhadap stres, kelelahan emosional, dan bahkan burnout, yang pada akhirnya mengurangi motivasi dan loyalitas mereka terhadap pekerjaan.

Huang, dkk (2024) menegaskan temuan ini dengan menunjukkan bahwa konflik antara keluarga dan pekerjaan dapat mengurangi rasa aman psikologis di tempat kerja. Ketika karyawan merasa tidak aman, maka inovasi terhambat, kolaborasi berkurang, dan kinerja organisasi pun terganggu. Oleh karena itu, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga bukan hanya masalah pribadi, melainkan juga masalah strategis bagi organisasi.

Organisasi perlu memperhatikan masalah ini dan mulai menciptakan kebijakan yang mendukung keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan bagi karyawan. Kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan bukan sekadar formalitas menjalankan peraturan, melainkan juga merupakan strategi jangka panjang untuk menjaga kinerja dan kelangsungan organisasi. Ketika karyawan dapat menyeimbangkan peran di keluarga dan pekerjaan, kesejahteraan serta kinerja mereka akan meningkat, yang pada gilirannya akan mendatangkan hasil berupa produktivitas, kreativitas, dan loyalitas yang lebih tinggi bagi organisasi.

Ingin menjalin kerja sama? hubungi Welas Asih Consulting sekarang!

Kunjungi welasasihconsulting.id atau hubungi 0812-2919-5390.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top